Tukisan ini berdasarkan kegelisahan hati tentang kampung halamanku, tempat kelahiranku di Desa Sumbergede bedeng 56A Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur.
Tanggal 23 September 2015 yang lalu saya dan seluruh keluargaku pulang ke kampung halaman dalam rangka kondangan sepupuku, maklum semua keluargaku (Bapak, Ibu, kakak dan adik) mencari penghidupan baru di Jakarta dan tinggal di kota Tangerang, satu-satunya yang masih tinggal di kampung halaman adalah adikku yang menempati rumah orang tuaku, memang sudah dua tahun lebih saya ngga pulang kampung, ada rasa kangen kampung halaman, ada hubungan batin yang dalam karena desa Sumbergede 56A Kec. Sekampung adalah tumpah darah saya yang asli meskipun seperti kebanyakan orang dikampungku adalah keturunan suku Jawa.
Dengan menumpang travel kami pulang kampung dengan harapan bisa ngobrol dan bercanda bersama keluarga besar dalam satu bus tanpa terpisah di mobil lain dan semua bisa istirahat karena yang nyetir kan supir travel pastinya. Di perjalanan saya membayangkan suasana yang lebih segar dengan banyak pohon hijau dan air kelapa muda yang segar hasil metik di kebon sendiri. Travel memang bukan kendaraan pribadi (he he.. ya iya lah), semula saya berpikir jam 5 sampai rumah, ternyata jam 6 kami masih ada di Teluk Betung karena sesuai aturan pengusaha travel harus mampir di pool dulu untuk laporan. Selesai supir laporan di pool ternyata untuk perjalanan berikut digantikan supir yang lain, perjalanan pun berlanjut, dalam perjalanan saya lihat kiri kanan ternyata di Bandar Lampung sudah banyak perubahan, tanah-tanah kosong yang dulu saya lihat kini sudah berubah menjadi bangunan gedung baik perkantoran, tempat usaha maupun mall, dibenak saya berharap semoga kampung saya Desa Sumbergede bedeng 56A Kec. Sekampung Kab. Lampung Timur juga banyak perkembangan lebih baik setelah sekian lama saya ngga mudik.
Setelah perjalanan beberapa saat mulailah masuk ke kota Metro yang dulunya kampung kami menjadi salah satu bagiannya, perjalanan berlanjut ke arah Kecamatan Sekampung yang berjarak sekitar 17 km, sesampainya ke daerah Metro Kibang perubahan mulai terasa perbedaanya, entah apa yang terjadi tapi jalan yang dulu saya lewati setiap hari pulang pergi berangkat sekolah dengan mulus, kalaupun ada lubang dijalan masih sebatas kewajaran, namun saat ini jalan benar-benar rusak parah sepanjang Metro Kibang sampai Sekampung, bukan cuma lubang tapi benar2 rusak, apa karena Kecamatan Sekampung sampai Metro Kibang merupakan perbatasan antara Lampung Timur dengan Kodya Metro sehingga luput dari pembangunan, sungguh mengenaskan.....
Untuk bapak/ibu pemangku kepentingan, siapapun bapak/ibu, tolong perhatikan akses jalan kami satu-satunya diperbaiki seperti janji bapak ibu di awal pemilihan.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.30. WIB. Matahari sudah tampak meninggi dan panas pun mulai menyengat, jalan yang saya lalui masih saja sama dengan yang saya lewati sebelumnya (ruuuusssaaaak), soal panas saya bisa pahami, maklum saat itu kemarau panjang, namun yang membuat saya kurang sreg adalah soal lingkungan yang kurang diperhatikan, ketika mulai masuk ke kampung halamanku saya lihat kiri kanan ternyata sudah ngga ada lagi pohon kelapa, boro-boro mau minum air kelapa muda, batangnyapun sudah bersih (habis di tebang). Saya berusaha mencari tahu apa sebabnya, setelah tanya sana-sini dari beberapa orang mengatakan bahwa dengan adanya pohon kelapa yang tinggi berpotensi tersambar petir dan membahayakan rumah yang ada di dekatnya, masuk akal juga sih...., tapi itu kan kalau pohonnya tinggi, kenapa ngga menanam kembali dan mengganti kembali tanaman tersebut setelah agak tinggi. Bukan hanya itu saja, ketika di kota berusaha untuk mebuat ruang terbuka hijau, tapi sebaliknya dengan kampung saya, jalanan tampak gersang dan panas sekali, mungkin beranggapan dengan lebih terang maka suasana tampak seperti kota. Memang kampungku sudah banyak berubah sih, rumah-rumah sudah relatif bagus-bagus, malah saya tidak melihat ada rumah yang masih menggunakan geribik (anyaman bambu/gedek), yah minimal tembok merah lah, rumah juga sudah semakin padat, penerangan jalan juga sudah bagus dan seragam berkat kesadaran mandiri warga di desa Sumbergede 56A Kec. Sekampung - Lampung Timur.
Sebagai orang yang pernah dilahirkan dan besar di Sumbergede 56A, sangat manusiawi kalau saya sering rindu pulang kampung, dan berharap dapat istirahat dengan nyaman dengan udara yang lebih segar dan relatif sejuk.
Buat bapak/ibu pamong desa dan segenap pemangku jabatan di desaku, kalau boleh saya usul dan usulan saya sangat harapkan menjadi kenyataan suatu saat nanti.
" Mohon digalakkan penanaman pohon di masing-masing pekarangan warga, utamanya adalah pohon buah yang kuat, hal tersebut dapat berfungsi sebagai :
1. Peneduh
2. Menghambat laju air di musim hujan agar penyerapan air lebih maksimal dan mengurangi kekurangan air di musim kemarau.
3. Dengan banyaknya tanaman buah pasti akan mengundang kumbang dan kupu-kupu untuk datang, simbiosis lah kira-kira gitu, dan mudah-han ada burung yang datang lagi, kan asyik ada suara-suara burung ciblek.
4. Buah dari tanaman bisa bermanfaat untuk menambah fitamin keluarga, ngga perlu beli, syukur2 bisa dijual.
5. Adanya pelarangan perburuan satwa liar baik yang di udara maupun yang di darat, terlebih putas ikan.
Yah mungkin itu saja dulu unek-unek saya, mudah-mudahan bapak/ibu pamong dan pemangku jabatan di kampungku ada yang membaca.
Alangkah menyenangkan kalau kampungku dapat menjadi sentra tanaman buah misalkan, dan syukur-syukur dapat menjadi destinasi wisata minimal bagi kampung sekitar.
Terima kasih
Mas Yus
Pemilik Blog
Setelah perjalanan beberapa saat mulailah masuk ke kota Metro yang dulunya kampung kami menjadi salah satu bagiannya, perjalanan berlanjut ke arah Kecamatan Sekampung yang berjarak sekitar 17 km, sesampainya ke daerah Metro Kibang perubahan mulai terasa perbedaanya, entah apa yang terjadi tapi jalan yang dulu saya lewati setiap hari pulang pergi berangkat sekolah dengan mulus, kalaupun ada lubang dijalan masih sebatas kewajaran, namun saat ini jalan benar-benar rusak parah sepanjang Metro Kibang sampai Sekampung, bukan cuma lubang tapi benar2 rusak, apa karena Kecamatan Sekampung sampai Metro Kibang merupakan perbatasan antara Lampung Timur dengan Kodya Metro sehingga luput dari pembangunan, sungguh mengenaskan.....
Untuk bapak/ibu pemangku kepentingan, siapapun bapak/ibu, tolong perhatikan akses jalan kami satu-satunya diperbaiki seperti janji bapak ibu di awal pemilihan.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.30. WIB. Matahari sudah tampak meninggi dan panas pun mulai menyengat, jalan yang saya lalui masih saja sama dengan yang saya lewati sebelumnya (ruuuusssaaaak), soal panas saya bisa pahami, maklum saat itu kemarau panjang, namun yang membuat saya kurang sreg adalah soal lingkungan yang kurang diperhatikan, ketika mulai masuk ke kampung halamanku saya lihat kiri kanan ternyata sudah ngga ada lagi pohon kelapa, boro-boro mau minum air kelapa muda, batangnyapun sudah bersih (habis di tebang). Saya berusaha mencari tahu apa sebabnya, setelah tanya sana-sini dari beberapa orang mengatakan bahwa dengan adanya pohon kelapa yang tinggi berpotensi tersambar petir dan membahayakan rumah yang ada di dekatnya, masuk akal juga sih...., tapi itu kan kalau pohonnya tinggi, kenapa ngga menanam kembali dan mengganti kembali tanaman tersebut setelah agak tinggi. Bukan hanya itu saja, ketika di kota berusaha untuk mebuat ruang terbuka hijau, tapi sebaliknya dengan kampung saya, jalanan tampak gersang dan panas sekali, mungkin beranggapan dengan lebih terang maka suasana tampak seperti kota. Memang kampungku sudah banyak berubah sih, rumah-rumah sudah relatif bagus-bagus, malah saya tidak melihat ada rumah yang masih menggunakan geribik (anyaman bambu/gedek), yah minimal tembok merah lah, rumah juga sudah semakin padat, penerangan jalan juga sudah bagus dan seragam berkat kesadaran mandiri warga di desa Sumbergede 56A Kec. Sekampung - Lampung Timur.
Sebagai orang yang pernah dilahirkan dan besar di Sumbergede 56A, sangat manusiawi kalau saya sering rindu pulang kampung, dan berharap dapat istirahat dengan nyaman dengan udara yang lebih segar dan relatif sejuk.
Buat bapak/ibu pamong desa dan segenap pemangku jabatan di desaku, kalau boleh saya usul dan usulan saya sangat harapkan menjadi kenyataan suatu saat nanti.
" Mohon digalakkan penanaman pohon di masing-masing pekarangan warga, utamanya adalah pohon buah yang kuat, hal tersebut dapat berfungsi sebagai :
1. Peneduh
2. Menghambat laju air di musim hujan agar penyerapan air lebih maksimal dan mengurangi kekurangan air di musim kemarau.
3. Dengan banyaknya tanaman buah pasti akan mengundang kumbang dan kupu-kupu untuk datang, simbiosis lah kira-kira gitu, dan mudah-han ada burung yang datang lagi, kan asyik ada suara-suara burung ciblek.
4. Buah dari tanaman bisa bermanfaat untuk menambah fitamin keluarga, ngga perlu beli, syukur2 bisa dijual.
5. Adanya pelarangan perburuan satwa liar baik yang di udara maupun yang di darat, terlebih putas ikan.
Yah mungkin itu saja dulu unek-unek saya, mudah-mudahan bapak/ibu pamong dan pemangku jabatan di kampungku ada yang membaca.
Alangkah menyenangkan kalau kampungku dapat menjadi sentra tanaman buah misalkan, dan syukur-syukur dapat menjadi destinasi wisata minimal bagi kampung sekitar.
Terima kasih
Mas Yus
Pemilik Blog
Tidak ada komentar:
Posting Komentar